Minggu, 08 Mei 2016

Judul: Para Pembunuh Tuhan

Judul: Para Pembunuh Tuhan 

Penulis: A. Setyo Wibowo
Penerbit: Kanisius, 2009
Tebal: 136 halaman
Kondisi: Segel/Baru
Harga : 40.000

Perkembangan ilmu filsafat ketuhanan terus merangkak melahirkan pemikir-pemikir cerdas dan gigih. Dengan berbagai tinjauan, keberadaan Tuhan dibuktikan. Tapi, keberadaan itu juga mau dihantam dan disangkal. Banyak para filsuf yang meragukan kebenaran Tuhan.

Bermacam argumen diajukan. Merekalah Para Pembunuh Tuhan. Tuhan… apakah Dia itu? Selama berabad-abad manusia mencari jawab atas pertanyaan itu. Ia diterima, diyakini, dipercayai. Ada sisi saat manusia hidup damai karena keberadaan-Nya. Ada pula sisi saat manusia saling berbunuh demi “membela”-Nya. Kengerian dan kekejian terus-menerus terjadi. Keberadaan-Nya semakin menuntut korban dan korban.


Filsafat Eksistensialisme Jean Paul Sartre

Filsafat Eksistensialisme Jean Paul Sartre


Penulis               : A. Setyo Wibowo dan Majalah Driyarkara
Penerbit             : Kanisius
Cetakan             : V, 2015
Tebal                 : 227hlm
Harga                : 60.000

Untuk mengenang 100 tahun kematian filsuf besar eksistensialisme, Jean-Paul Sartre, beberapa tokoh intelektual dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara menulis tentang beliau. Setelah dimuat di jurnal Driyarkara Th. XXVIII no.4/2006, kemudian Penerbit Kanisius menerbitkannya dalam bentuk buku. Dan ditambah dengan tulisan Ito-Prajna Nugroho dengan judul : “Diri dan ‘Ketiadaan’ dalam Filsafat Sartre : Memahami Kesalahpahaman Sartre atas Fenomenologi Husserl”.

Buku ini sejatinya adalah mencoba menjelaskan Sartre dengan berbagai perspektif. Perspektif itu mulai dari historis kehidupan Sartre, karya-karyanya serta kehidupan pribadinya. Tulisan keroyokan yang mencoba menjelaskan siapa dan apa Sartre ini menjadi buku yang sangat saya suka. Dengan bentuk dan struktur jurnal, tulisan di dalam buku ini terkesan ilmiah dan bernilai akademik.

Beberapa tulisan dalam buku ini adalah :

1.       Jean Paul Sartre oleh Prof. Dr. Franz Magnis Suseno SJ
2.       Eksistensi Kontingen : Satu Sudut Pandang Membaca Kisah Hidup dan Pemikiran Jean-Paul Sartre oleh Dr. A. Setyo Wibowo
3.       Relasi Antar Manusia Menurut Jean Paul Sartre, Beberapa Catatan oleh Prof. Dr. Alex Lanur OFM
4.       La Literature Engagee : Menggagas Sastra yang membebaskan oleh J. Supriyono
5.       Ateisme Sartre : Menolak Tuhan, Mengiyakan Manusia oleh Dr. SP. Lili Tjahjadi
6.       Emosi, Bentuk Eksistensi Manusia dalam Ke-‘segera’-an (spontanitas) oleh Sayyidah Muniroh
7.       Relasi dengan Orang Lain dan Paham Kebebasan dalam Drama Sartre Huis Clos oleh Thomas  Hidya Tjaya
8.       ‘Diri dan ‘Keitadaan’ dalam Filsafat Sartre Memahami Kesalahpahaman Sartre atas Fenomenologi Husserl oleh Ito Prajna-Nugroho.

Judul: Islam dan Sosialisme

Judul: Islam dan Sosialisme



Penulis: H.O.S. Tjokroaminoto
Penerbit: Sega Arsy, 2008
Tebal: 148 halaman
Kondisi: Bagus

Tjokroaminoto yang dilahirkan pada 16 Agustus 1882, di Madium Jawa Timur adalah seorang tokoh besar Indonesia. Belanda menjulukinya sebagai Raja Jawa yang Tak Bermahkota. Ia menjadi pemimpin Sarekat Islam (SI) (1912) dan sukses membawa SI sebagai organisasi pergerakan nasional terbesar ketika itu. Ia menjadi tokoh dan guru utama pergerakan. Dua muridnya yang terkemuka adalah Soekarno dan S.M. Kartosuwirjo. Soekarno kelak menjadi Proklamator dan Presiden Pertam RI. Sedangkan S.M. Kartosuwirjo menjadi Proklamator Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/NII).

Salah satu wasiat Tjokroaminoto yang terkenal adalah "Lerena mangan sadurunge wareg" yang berarti "berhentilah makan sebelum kenyang". Pesan yang bersumber dari hadis Nabi ini dimaksudkan agar generasi penerus menghindari sikap rakus dan serakah serta menggunakan jabatana untuk kepentingan pribadi dan golongan. Ia juga menyampaikan sebuah wasiat tertulis yang disahkan oleh forum sebagai "Pedoman Umat Islam". Isinya berupa pesan nkepada umat Islam supaya menjadi pelopor dalam upaya membawa masyarakat menuju tatanan kehidupan yangs esuai dengan ajaran Islam.

Buku Islam dan Sosialisme ini merupakan karyanya yang paling meonumental, bahkan menjadi salah satu karya terbesar Tjokromainoto. Di dalamnya memuat sistem kemasyarakatan yang sosial-relijius dengan susunan pemerintahan yang bersendikan demokrasi. Buku ini ditulis untuk menanggulangi faham sosialisme yang diusung oleh kaum atheis dan komunis di Indonesia.

Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika)

Judul: Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika)


Penulis: Tan Malaka
Harga : 35.000
Kondisi : Bagus

Bangsa Indonesia memandang bahwa apa yang terjadi di dunia ini dipengaruhi oleh kekuatan keramat di alam gaib. Cara pandang ini, disebut-sebut oleh Tan Malaka sebagai “logika mistika”. Logika ini melumpuhkan karena ketimbang menangani sendiri permasalahan yang dihadapi, lebih baik mengharapkan kekuatan-kekuatan gaib itu sendiri. Karena itu, mereka (masyarakat Indonesia) mengadakan mantra, sesajen, dan doa-doa. Melihat kenyataan bangsanya yang masih terkungkung oleh “logika mistika” itu, Tan Malaka melahirkan Madilog.

Mendiang peneliti LIPI, Dr. Alfian pernah menyebutkan bahwa Madilog memang merupakan karya terbaik Tan Malaka, paling orisinal, berbobot, dan brilian. Naskah Madilog ditulis oleh Tan Malaka selama delapan bulan (15 Juli 1942 - 30 Maret 1943). Buku ini bukan semacam “ajaran partai” atau “ideologi proletariat”, melainkan cita-cita Tan Malaka sendiri. Di mana, Madilog—sebagian besar mengikuti konsep materialistik-dialektik Fredrich Engels—sama sekali bebas dari buku-buku Marxisme-Leninisme yang menuntut ketaatan mutlak pembaca terhadap Partai Komunis.

Tan Malaka melihat kemajuan umat manusia harus melalui tiga tahap: Dari “logika mistika” lewat “filsafat” ke “ilmu pengetahuan” (sains). Dan selama bangsa Indonesia masih terkungkung oleh “logika mistika” itu, tak mungkin ia menjadi bangsa yang merdeka dan maju. Madilog merupakan jalan keluar dari “logika mistika” dan imbauan seorang nasionalis sejati buat bangsanya untuk keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan.

TASAWUF MODERN

TASAWUF MODERN


Penerbit : Replika
Kondisi : Segel/ Baru
Harga: 65.000
Sinopsis :
Buya Hamka. Nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Putra pertama dari pasangan Dr. Abdul Malik Karim Amrullah dan Shaffiah ini lahir pada 17 Februari 1908 di Maninjau, Sumatra Barat. Tidak satu pun pendidikan formal ditamatkannya. Banyak membaca menjadi modalnya, tak lupa belajar langsung dengan tokoh dan ulama, baik di Sumatra Barat, Jawa, bahkan sampai ke Mekah. Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar dan Universitas Prof. Moestopo Beragama ini wafat pada hari Jum’at, 24 Juli 1981.

Buku ini tidak menguraikan tentang tasawuf, meski judulnya Tasawuf Modern. Buku ini tetap relevan, meski ditulis puluhan tahun yang lalu. Temanya tentang bahagia, topik yang tidak pernah selesai diperbincangkan, dan selalu ingin diwujudukan oleh siapa pun, di mana pun, dan dengan cara apa pun.

Ditulis oleh cendekiawan muslim berwawasan luas, dengan latar belakang sastrawan, menjadikan buku ini bukan saja kaya makna, tapi juga enak dibaca. Mari kita lihat salah satu uraiannya, “...Berbagailah yang timbul ketika memberi keputusan. Ada yang mengatakan baik, sebab sayang, ada yang mengatakan buruk, sebab benci. Berbagai ragam keputusan menurut pengalaman, ilmu, dan penyelidikan....bahagia dan celaka itu hanya berpusat kepada sanubari orang, bukan pada zat barang yang dilihat. Bagi kebanyakan orang, masuk bui menjadi kecelakaan dan kehinaan, bagi setengahnya pula, menjadi kemuliaan dan kebahagiaan.”

Seringkali orang mencari bahagia dengan mengorbankan waktu, tenaga, keluarga, bahkan nyawa. Padahal, bahagia ada di dalam diri kita, dekat dengan kita.

Diskursus Metode

Judul: Diskursus Metode


Penulis: Rene Descartes
Penerbit: Ircisod 
Tebal: 106 halaman
Kondisi: Segel/Baru
Harga: Rp. 35.000 

Sesudah Renaisans di kawasan Eropa, muncul gelombang cara berpikir baru yang disebut dengan "zaman modern". Rene Descartes adalah salah satu pemikir sekaligus perintis paling penting dan berpengaruh dalam sejarah Barat modern. Pemikirannya yang sangat revolusioner telah membuat sebuah revolusi filosofis. Dengan Descartes, filsafat tidak lagi bertolak dari esse (ada), melainkan conscientia (kesadaran).

Cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada) adalah ungkapan yang sangat populer dari seorang Descartes dan menjadi tanda dimulainya zaman modern. Kata-kata itu jugalah yang menobatkannya sebagai bapak filsafat modern.

Filsafat modern lebih mengacu pada cara yang digunakan dalam proses berpikir untuk mencapai sebuah kebenaran baru. Artinya, titik tolak filsafat adalah subjek yang mengerti, memahami, dan menyelidiki objek sehingga dapat diperoleh sebuah kebenaran baru. Dengan demikian, berfilsafat tidak lagi berangkat dari objek, melainkan dari subjek.

Buku dengan judul Diskursus dan Metode ini hendak menjawab pertanyaan khalayak ramai yang ingin mengetahui sederet pemikiran Descartes. Salah satu buah pikirannya, yakni hidup yang benar didasarkan pada kaidah-kaidah pengetahuan, sampai kini masih dipegang kalangan filsuf sebagai sebuah ajaran, petuah, dan hampir dianggap sebagai kebenaran tunggal.
Setidaknya, ada tiga tahap pemikiran Descartes dalam mencari kebenaran sejati.

Dimulai dengan langkah-langkah metodis, menyaksikan pendapat-pendapat yang (menurut dia) keliru. Itu dianggap sebagai kebenaran lama yang sudah disepakati masyarakat. Tahap pertama ini merupakan langkah awal landasan cogito-nya.

Untuk landasan filosofisnya (kesadaran), dia menguji pemikirannya bahwa dia bisa tahu tidak sedang tidur dan bermimpi. Antara keadaan sadar dan mimpi tidak ada perbedaan atau batas yang benar-benar tegas dan jelas (distinct).

Langkah selanjutnya, Descartes kembali berpikir adakah sesuatu (objek) yang tidak dapat diragukan lagi keberadaannya. Dia sendiri mengajukan tiga hal, yaitu gerak, jumlah, dan besaran (matematika). Namun, dia kembali meragukannya karena kadang-kadang merasa salah ketika menghitung. Akhirnya, diambil kesimpulan bahwa dia ragu-ragu karena dia berpikir.

Tidak mungkin dia ragu-ragu jika dia tidak berpikir. Kemudian dia mengungkapkan, jika "aku berpikir" ada, berarti "aku" ada, sebab yang berpikir itu aku.

Metode itulah yang disebut dengan cogito ergo sum, aku berpikir, karena itu aku ada. Inilah yang menjadi kritik Cartesius atas cara berpikir lama. Jika hendak menemukan kebenaran sejati, seseorang harus mau memperbaiki hidupnya, cara pandangnya, metode pencariannya, untuk mencapai sebuah kebenaran baru. Dia juga harus merombak kebenaran lama yang salah.

Rene Descartes, melalui pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam buku ini, menantang seraya menyihir pembacanya agar menjadi seorang le maitres et possesseurs de la nature, pangeran yang gilang-gemilang dengan cahaya ilmu dan menjadi penguasa dunia. Ini sebuah refleksi filosofis terhadap pemikiran Rene Descartes dalam hubungannya dengan kodrat manusia.

Buku ini diawali dengan pembahasan perihal ilmu pengetahuan sampai bukti-bukti keberadaan Tuhan dan jiwa manusia. Masih banyak lagi ilmu yang akan sangat bermanfaat dibahas di dalam buku ini. Pada akhirnya, pembaca akan menemukan diskursus tentang metode untuk mengarahkan penalaran dengan baik dan mencari kebenaran dalam ilmu-ilmu pengetahuan, termasuk mencari bukti-bukti keberadaan Tuhan.

Tahafut At Tahafut: Sanggahan terhadap Tahafut al Falasifah

Tahafut At Tahafut: Sanggahan terhadap Tahafut al Falasifah


Penerbit : Pustaka Pelajar
Penulis : Ibn Rusyd 
Tahun Terbit : Cet 1: Agust 2004
Kertas & Halaman : 306 Halaman

Ibn Rusyd lahir dan dibesarkan di Cordova. Ia adalah filsuf kenamaan yang tidak hanya dikenal di kalangan islam, melainkan juga di kalangan pemikir – pemikir barat. Selain menulis filsafat, Ibn Rusyd juga menulis tentang pengobatan, fauna, kosmologi, teologi, logika dan lain – lain. Di antara berbagai karyanya itu, yang paling mashur adalah Tahafut at Tahafut. Buku ini lahir sebagai sanggahan terhadap karya al-Ghazali yang berjudul Tahafut at-Falasifah, Kerancuan para filsuf.

Buku Tahafut at Tahafut dikemas dalam bentuk polemik. Pertama-tama ditampilkan kritik dan argumentasi Ibn Rusyd terhadap pemikiran al-Ghazali.

Kritik atas kritik yang dibangun Ibn Rusyd merupakan wahana untuk membentuk sikap kritis dikalangan umat islam. Apa yang dilakukan Ibn Rusyd snada dengan ungkapan al-Ghazali sendiri yang menyatakan bahwa “musuh yang bijak lebih baik daripada sahabat yang bodoh”. Upaya penerjamahan buku Ibn Rusyd ini merupakan sumbangan pemikiran yang penting dalam khasanah pengembangan intelektual.