Judul: Sabda Zarathustra
Penulis: Friedrich Nietzsche
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tebal: 501 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 80.000
Mengapa Nietzsche bersikeras
bahwa Tuhan telah mati? Dia mengatakan bahwa kematian Tuhan itu disebabkan oleh
rasa belas kasihan, (Jrm: Mitleid atau Jw: nelongso) karena melihat
keburukan-keburukan manusia. Dia tidak mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. Dengan
mengatakan bahwa Tuhan telah mati maka Nietzsche tidak bisa dikatakan menegasi
keberadaan Tuhan. Sebaliknya, sebagaimana juga terhimpun dalam buku Sabda
Zarathustra ini, ia menegaskan keberadaan Tuhan, pernyataan Tuhan bahwa telah
mati lebih tepat dipandang sebagai sebuah penetapan waktu: Tuhan itu ada, tapi
dulu, dan sekarang tidak ada lagi. Dan ketika dia mengatakan bahwa ketiadaan
Tuhan saat itu disebabkan oleh manusia, maka sebenarnya pernyataan ini lebih
tertuju—sekali lagi— bukan pada negasi terhadap eksistensi Tuhan secara
metafisik, tapi lebih tertuju pada tidak berperannya kepercayaan akan Tuhan
dalam kehidupan manusia pada umumnya. Kami yakin, poin terakhir ini, yaitu
bahwa memang di jaman modern ini manusia makin banyak yang “tersesat”, banyak
disetujui oleh orang teis. Bahwa ia mendeskripsikan situasi ini dengan
kontroversialnya itu menunjukkan bahwa Nietzsche memandang agama bukan dari
dalam agama itu sendiri melainkan dari luar: ia memandang agama sebagai obyek
penelitian.
Buku Sabda Zarathustra ini
merupakan uraian pena pribadi dari Neitzsche. Ia adalah sejarah pengalamannya
yang paling individual, yakni sejarah persahabatan, angan-angan, kegembiraan
dan dukanya yang paling kelam. Zarathustra adalah orang pertama yang melihat
adanya roda dalam berputarnya peristiwa dalam pertarungan antara yang baik dan
yang buruk. Dibanding pemikir lain manapun, Zarathustra lebih jujur dan lebih
berani dalam mengungkap segala kebobrokan manusia yang diselubungi berbagai
dalih yang tampak cemerlang dilihat dari luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar